BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Menurut
Sprinthill (1990), kecerdasan merupakan kemampuan
untuk beradaptasi dengan situasi baru, belajar dari kesalahan di masa lampau, dan mengkreasikan pola pikiran baru.
Menurut
Sternberg dalam McNerney D.M. (1998) inteligensi / kecerdasan ialah daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir
menurut tujuannya. Sternberg menyatakan bahwa inteligensi mencakup kemampuan
manusia akan tiga komponen, yaitu:
(1) Inteligensi komponensial, yaitu kemampuan
untuk berpikir, merencanakan dan memonitor proses kognitif,
(2) Inteligensi eksperensial, yaitu kemampuan
untuk memformulasikan ide-ide baru dalam memecahkan masalah,
(3) Inteligensi kontekstual, yaitu kemampuan
untuk beradaptasi dalam menanggapi suatu peluang atau kesempatan secara
optimis.
Menurut
Semiawan C.R (2002) kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat
manusia yang mencakup kemampuan untuk memahami hal-hal yang kompleks dan saling
berhubungan. Semua proses yang terlibat dalam berpikir abstrak, kemampuan
menemukan, penyesuaian dalam pemecahan masalah dan kemampuan untuk memperoleh
kemampuan yang baru termasuk dalam kecerdasan.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat
manusia yang mencakup kecakapannya dalam berpikir, merencanakan, memformulasi
ide-ide baru dalam memecahkan masalah serta kemampuan dalam beradaptasi
menghadapi peluang yang ada. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan
kognitif yang dimiliki oleh individu. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa
IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia
kronologis.
Dalam perkembangan konsep inteligensi terjadi
perubahan dari konsep tunggal sampai dengan inteligensi majemuk. Kecerdasan /
inteligensi majemuk (multiple intelligence) dikembangkan oleh Gardner yang pada
awalnya menyatakan bahwa inteligensi manusia memiliki tujuh dimensi yang semi
otonom, yaitu: linguistic, musik, matematik logis, visual spasial, kinestetik
fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.
Kecerdasan majemuk menurut Gardner lebih bersifat
manusiawi dan lebih dapat dipercaya karena teori ini lebih mencerminkan secara memadai
tingkah laku kecerdasan manusia. Pada perkembangan selanjutnya (1993) teori
multiple intelligence Gardner mengalami penambahan satu kecerdasan baru, yaitu naturalist
intelligence / kecerdasan naturalis. Begitu banyak aspek lingkungan kita yang terancam bahaya
ekses teknologi sehingga kita memerlukan orang yang mempunyai kecenderungan
naturalis untuk memberikan jalan keluar masalah ekologi kita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN NATURALIST INTELLIGENCE
(KECERDASAN NATURALIS)
Menurut Gardner seseorang yang memiliki kecerdasan
naturalis tinggi adalah seseorang yang menunjukkan kemahiran dalam mengenali
dan mengklasifikasi banyak spesies flora dan fauna dalam lingkungannya.
Menurut Rose C (2002) seseorang yang memiliki
kecerdasan naturalis tinggi adalah seorang yang senang memelihara binatang,
dapat mengenali dan menamai banyak jenis tanaman, mempunyai minat dan
pengetahuan yang baik tentang bagaimana tubuh bekerja, dapat membaca
tanda-tanda cuaca, mempunyai minat pada isu-isu lingkungan global, dan
berpandangan bahwa pelestarian sumber daya alam dan pertumbuhan yang
berkelanjutan merupakan keharusan.
Menurut De Porter dkk (2002) seseorang yang memiliki
kecerdasan naturalis tinggi selalu berpikir dalam acuan alam. Hal ini dapat
dilihat dari kemampuannya melihat hubungan dan pola dalam dunia alamiah, mengidentifikasi
dan berinteraksi dengan proses alam. Pendapat di atas didukung oleh Amstrong T
(2002) yang menyatakan bahwa anak-anak yang kompeten dalam kecerdasan naturalis
merupakan pencinta alam. Anak-anak ini lebih suka mengumpulkan bebatuan atau
bunga daripada terkurung di sekolah atau rumah mengerjakan tugas menulisnya.
Jika diberi tugas sekolah yang melibatkan bunga-bungaan atau tanaman juga
hewan, anak-anak ini akan termotivasi dengan lebih baik.
Dari uraian di atas, maka definisi dari
kecerdasan naturalis adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup
kecakapan dalam mengenal, mengklasifikasi flora fauna dan benda-benda alam
lainnya serta memiliki kepekaan terhadap kondisi lingkungan. Adapun indikator
dari kecerdasan naturalis adalah mengenal lingkungan, mengklasifikasi flora
fauna dan kepekaan terhadap lingkungan.
2.2
CIRI-CIRI NATURALIST INTELLIGENCE
(KECERDASAN NATURALIS)
Ciri-ciri
orang yang memiliki kecerdasan naturalis antara lain :
1.
Berpikir
melalui pola-pola alam dan alami.
2.
Menikmati
interaksi dengan hewan peliharaan, menyimak kicauan burung dan mencari
nama-namanya, berkebun, menyelidiki alam, memelihara hewan, memelihara
kelestarian lingkungan.
3.
Membutuhkan
akses kepada alam, kesempatan berinteraksi dengan hewan, alat-alat untuk
menyelidiki alam (misalnya kaca pembesar, kompas, termometer, teropong).
4.
Senang mengamati dan mengobservasi
berbagai macam bangunan, jembatan, menara, keadaan di pasar, situasi di airport,
serta mengamati cara kerja sesuatu.
5.
Suka dan akrab pada berbagai hewan
peliharaan.
6.
Sangat menikmati berjalan-jalan di alam
terbuka.
7.
Suka berkebun atau dekat dengan taman
dan memelihara binatang.
8.
Menghabiskan waktu di dekat akuarium
atau sistem kehidupan alam.
9.
Suka membawa pulang serangga, daun bunga
atau benda alam lainnya.
10.
Berprestasi dalam mata pelajaran IPA,
Biologi, dan lingkungan hidup.
2.3
CARA STIMULASI AGAR NATURALIST INTELLIGENCE
(KECERDASAN NATURALIS) PADA ANAK BERKEMBANG DENGAN BAIK
Kecerdasan
naturalis perlu diajarkan dan ditanamkan sejak anak usia dini, yaitu antara 0-6
tahun sesuai dengan teori perkembangan otak. Pada saat ini efektifitasnya
sangat tinggi, artinya pada saat usia ini internalisasi nilai-nilai naturalis
akan sangat efektif diserap dan diterapkan oleh anak-anak. Diatas usia ini
efektifitasnya diprediksi berkurang dan semakin kurang efektif sejalan dengan bertambahnya
usia anak tersebut. Jika melihat usia 0-6 tahun, maka yang banyak berperan
dalam menanamkan nilai-nilai naturalis adalah kedua orangtua alias keluarga.
Jika pada usia ini mereka juga telah dimasukkan ke PAUD, maka keluarga dan PAUDlah
yang mempunyai peranan dalam menanamkan nilai-nilai naturalis. Untuk itu, setiap
orang tua dan guru PAUD harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
nilai-nilai naturalis agar mereka dapat memberi pengetahuan teori dan contoh
nyata kepada anak-anak tersebut. Amat penting artinya untuk memasukkan ke dalam
kurikulum PAUD nilai-nilai naturalis, sehingga sejak dini anak-anak sudah mendapat
pengetahuan tentang lingkungan dan bagaimana melestarikan lingkungan.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
membantu anak mengembangkan kecerdasan naturalisnya yaitu melibatkan anak dalam
pemeliharaan tanaman dan hewan di rumah. Secara alamiah anak-anak juga menyukai
tanaman dan hewan. Keterlibatan anak-anak dalam pemeliharaan tanaman dan hewan
akan menumbuhkan kecerdasan naturalis. Anak-anak akan belajar banyak hal
mengenai makhluk hidup lain, selain manusia. Banyak orang tua terlalu khawatir
dan membatasi ruang gerak dan kebebasan sampai menghilangkan kesempatan belajr
untuk anak. Banyak orang tua yang hanya berpikir mengenai hal-hal yang negatif
secara berlebihan. Padahal alam menyimpan demikian banyak bahan dan peluang
belajar untuk anak.
Beberapa aktivitas berikut bisa dilakukan untuk mengembangkan
kecerdasan naturalis anak antara lain :
a)
Mengajak
anak menyirami tanaman di pagi dan sore hari.
b)
Sesekali
membiarkan anak menikmati kontak fisik dengan alam.
Biarkan
anak mengaduk-aduk tanah atau bermain dengan lumpur. Kegiatan ini selain
menyenangkan, juga sangat berarti bagi terbentuknya kecerdasan naturalis.
Setelah kegiatan ini selesai, barulah tugas orang tua membersihkan anak.
c)
Binatang
piaraan.
Anak-anak
menyukai hewan piaraan. Ada baiknya jika kondisi memungkinkan untuk memberikan
anak hewan piaraan. Berilah tanggung jawab kepada anak untuk merawat dan
menyayanginya. Namun orang tua tetap harus mengawasi anak dan hewan piaraan
tersebut agar tidak sakit atau mati.
d)
Tumbuhan
untuk dipelihara
Tidak
ada salahnya juga memberi anak tumbuhan untuk ia pelihara sebagaimana hewan.
Berilah anak tanggung jawab untuk memeliharanya. Dan menjadi kewajiban orang
tua untuk membantu agar ia bisa menjalankan tanggung jawabnya dengan benar.
e)
Koleksi
batu/kerang
Ijinkan
anak untuk mengolekasi barang-barang dari alam, seperti batu, kerang, dan
lain-lain.
f)
Peralatan
untuk pengamatan alam (teropong, kaca pembesar)
Perkenalkan
anak dengan peralatan dan teknologi yang ada hubungannya dengan alam, seperti
teropong, kaca pembesar, dan lain sebagainya. Untuk itu jika memungkinkan,
ajaklah anak mengunjungi tempat-tempat yang menyediakan alat-alat tersebut
untuk umum, misalnya di lembang, Jawa Barat.
g)
Akuarium
Akuarium
yang berisi ikan-ikan yang cantik, selain sebagai asesoris rumah, ternyata
bermanfaat juga untuk menumbuhkan kecerdasan naturalis anak. Karena itu,
rawatlah akuarium dengan baik, dan ajak anak membantu merawatnya.
h)
Mainan
binatang dan tumbuhan
Permainan
anak memiliki aneka macam bentuk. Salah satu bentuk yang dianjurkan untuk
dimiliki oleh anak adalah bentuk tanaman dan hewan. Dengan memiliki mainan
berbentuk tanaman dan hewan, anak akan semakin dekat dengan alam dan akan lebih
mengenalnya.
i)
Berkunjung
ke kebun binatang
Anak-anak
pasti sangat senang jika diajak berkunjung ke kebun binatang. Berkunjung ke
kebun binatang memberikan banyak manfaat bagi anak, antara lain anak bisa
mengamati dan mempelajari aneka binatang. Anak bisa mengamati jenis makanan
masing-masing hewan, mengamati gerak-gerik hewan, mengamati tanaman dan
lain-lain.
j)
Mengajak
anak ke kebun raya atau dan daerah lainnya
Jika
di kebun binatang anak bisa mengamati aneka macam hewan, maka di kebun raya
anak akan bisa mengamati aneka tanaman. Kebun raya atau daerah semacamnya
adalah tempat yang mengasyikkan bagi siapa saja, termasuk anak-anak. Sesekali
mengajak anak berkunjung ke sana dengan membawa aneka mainan anak. Biarkan anak
bermain dengan riang di kebun raya tersebut. Dengan begitu ia akan bisa
merasakan keajaiban dan kenyamanan alam ciptaan Tuhan.
k)
Mengamati
hewan sekitar
Cara yang paling mudah dan harus dilakukan orang tua untuk
mengembangkan kecerdasan naturalis anak adalah mengenalkan anak dengan hewan
yang ada di sekitar. Hewan-hewan tersebut antara lain: kucing, semut, anjing,
sapi, ayam, kelinci, burung, dan lain-lain. Anak Anda akan takjub pada
hewan-hewan tersebut. Ini merupakan pengetahuan dasar yang wajib berikan kepada
anak.
l)
Permainan
funny fish (anak usia 2-8 tahun)
Anak bisa mengenal ikan dan
tumbuhan laut sehingga naturalist intelligencenya terasah. Koordinasi
mata-tangan dan strategi menjatuhkan ikan secara tepat juga dilatih sehingga
mengembangkan bodily kinesthetic dan
logical-mathematical intelligence. Anak
bisa belajar berkompetisi dan rasa percaya dirinya tumbuh jika jadi pemenang
dan intrapersonal intelligencenya
berkembang.
2.4
CONTOH NATURALIST INTELLIGENCE (KECERDASAN
NATURALIS)
Orang-orang
yang memiliki kecerdasan natural terlihat dari sensitivitas dan penghargaan
mereka terhadap alam sekitar. Kecerdasan naturalis dikenali pada kebanyakan
anak umur 2-4 tahun yang dengan mudahnya mengenali dan menghapal berbagai tipe
dinosaurus, sementara banyak orang dewasa kesulitan melakukannya.
Anak-anak
yang sangat berkembang kecerdasan naturalisnya adalah pecinta alam. Mereka
lebih suka berada di alam terbuka, di padang atau di hutan, hiking atau
mengumpulkan bebatuan atau bunga, daripada terkurung di sekolah atau di rumah
mengerjakan tugas menulis mereka. Di sisi lain, jika tugas sekolah itu
melibatkan hewan-hewan atau sistim kehidupan atau bentuk-bentuk alam lain, maka
motivasi mereka kemungkinan besar akan melambung tinggi.
Gemar
memelihara binatang, membenci polusi, suka belajar nama-nama burung, mengenali
kicauan burung, suka berkemah, naik gunung, memanjat, peka terhadap perubahan
cuaca, merupakan karakter yang sering dijumpai pada orang cerdas alam.
Karir/pekerjaan
yang sering digeluti oleh para cerdas alam adalah dokter hewan, penjaga kebun
binatang, ilmuwan kelautan, ahli botani, ahli ekologi, petani, peternak, dan
ahli konservasi.
Kemampuan
manusia mengenali, mengkategorikan dan menggambar ciri-ciri (fitur) tertentu
dari lingkungan, dimungkinkan oleh adanya Kecerdasan Naturalis. Demikian juga
kemampuan untuk membedakan makhluk hidup (tumbuhan, hewan) dan sensitivitas
terhadap fitur lain dunia alam (awan, susunan batu). Kemampuan ini jelas
merupakan nilai dari masa lalu evolusioner kita sebagai pemburu, petani dan
pengumpul barang.
BAB
III
PENUTUPAN
3.1
KESIMPULAN
1)
Kecerdasan naturalis adalah kombinasi
sifat-sifat manusia yang mencakup kecakapan dalam mengenal, mengklasifikasi
flora fauna dan benda-benda alam lainnya serta memiliki kepekaan terhadap
kondisi lingkungan.
2)
Ciri-ciri orang yang memiliki naturalist
intelligence yaitu menikmati
interaksi dengan hewan peliharaan, menyimak kicauan burung dan mencari nama-namanya,
berkebun, menyelidiki alam, memelihara hewan, memelihara kelestarian
lingkungan. Selain itu juga membutuhkan akses kepada alam, kesempatan
berinteraksi dengan hewan, alat-alat untuk menyelidiki alam (misalnya kaca
pembesar, kompas, termometer, teropong).
3.2
SARAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar