welcome

AnnYeong cHingooDeuL,,, Get Gifs at CodemySpace.com Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 01 Maret 2012

Proposal - Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Kejadian Mual Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I

BAB I PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Metode relaksasi persalinan yang bernama “Hypnobirthing
sebenarnya dikembangkan pertama kali oleh Marie F. Mongan di Amerika Serikat. Marie Mongan telah mematenkan nama hypnobirthing yang akhirnya digunakan oleh banyak orang di seluruh dunia (Evariny, 2010).
Meskipun kata hypnobirthing telah dipatenkan oleh Marie Mongan, namun teori yang mendasari hypnobirthing adalah metode relaksasi yang juga telah dikembangkan oleh Lanny Kuswandi di Indonesia. Lanny Kuswandi adalah seorang bidan yang mempelajari hipnoterapi dan meditasi dari beberapa ahli. Sekitar tahun 2002, Lanny akhirnya mempelajari hypnobirthing Marie Mongan melalui Peter Jackson di Australia yang membuatnya sadar bahwa perempuan adalah makhluk yang sungguh luar biasa (Evariny, 2010). Dan mulai disebar luaskan di Indonesia pada tahun 2003 (Bringiwatty, 2010).
Wanita hamil, hampir semuanya mengalami kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan baik selama hamil, saat mengahadapi persalinan, maupun selama persalinan. Kecemasan yang mereka rasakan umumnya berkisar mulai dari khawatir tidak bisa menjaga kehamilan sehingga janin tidak bisa tumbuh sempurna, khawatir keguguran, takut sakit saat melahirkan, takut bila nanti dijahit, bahkan lebih ekstrim lagi mereka takut terjadi komplikasi pada saat persalinan sehingga dapat menimbulkan kematian (Yesie, 2010).
Masalah psikologis dapat mempredisposisis beberapa wanita untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan atau memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala normal (Tiran, 2008).
Koren (2000) menggambarkan mual dan muntah sebagai gangguan medis tersering selama kehamilan. Power et al (2001) mencatat sekitar 51,4% wanita mengalami mual dan 9,2 % wanita mengalami muntah. Glick dan Dick (1999) beranggapan bahwa sekitar 50% wanita mengalami gejala. Emelianova et al (1999) menemukan frekuensi mual sebesar 67% dan 22% insidensi muntah dalam sekelompok wanita yang berjumlah 193 orang, sementara O’Brien dan Naber (1992) mengatakan bahwa 70% wanita mengalami mual dan 28% mengalami muntah. Gadsby et al (1993) melaporkan ada 80% insidensi, yaitu 28% hanya mengalami gejala mual dan 52 % mengalami mual dan muntah. Tinjauan sistematis dari Jewel dan Young (2000) mengidentifikasi angka mual antara 70 dan 85%, dengan sekitar setengah dari presentase ini mengalami muntah. Bagi beberapa wanita dapat berlangsung sepanjang hari, atau mungkin tidak terjadi sama sekali pada saat bangun tidur di pagi hari. Studi prospektif pada 160 wanita oleah Lacroix et al (2000) menemukan bahwa 74% melaporkan mual walaupuh hanya 1,8% mengalaminnya sebagai gejala yang hnaya terjadi pada pagi hari. Pada 80% penderita, mual dapat berlangsung sepanjang hari (Tiran, 2008).
Di Indonesia, kejadian mual muntah sering dirasakan oleh sekitar 50%  ibu hamil (Depkes RI, 2009).
Waxman (1989) menyatakan bahwa hipnosis dapat sangat berguna dalam mengurangi mual pagi hari, Sebuah studi oleh Fuchs et al (1980) dilakukan pada 138 wanita yang menderita muntah sangat parah diobati dengan hipnosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 87 perempuan dari 138 diobati dengan hypnosis : 61 ibu bebas dari muntah-muntah dan mual, 24 ibu bebas dari mual muntah meskipun beberapa tahap, 1 Ibu gagal (Yesie, 2011).
Sejak tahun 1993, metode hypnobirthing mulai diperkenalkan di Kanada, yang disusul oleh Australia dan Inggris. Hingga saat ini sudah ada lebih dari 20 negara yang mempraktikkan hypnobirthing (Evariny, 2010).
Hingga saat ini sudah banyak rumah sakit di Indonesia yang mengadakan kelas hypnobirthing untuk ibu hamil diantaranya rumah rumah bersalin Bunda di Jakarta, rumah sakit Happyland di Yogyakarta, rumah bersalin Tantri di Cilacap, rumah bersalin Andjar di Bojonegoro, Jawa Timur, rumah bersalin Siti Chodidjah di Jakarta.
Selain perubahan hormonal pada ibu hamil, mual muntah juga sering disebabkan oleh pengaruh psikologis ibu (Yesie, 2010). Melalui latihan hypnobirthing, seorang ibu hamil mampu memasuki kondisi relaksasi yang dalam sehingga ia bisa menjaga ketenangan dan kestabilan emosinya. Dengan kondisi emosi yang tenang, nyaman, stabil dan rajin memanamkan afirmasi positif, ibu hamil mampu menetralisir semua rekaman-rekaman negatif di pikiran bawah sadarnya mengenai kehamilan dan proses persalinan. Selanjutnya menggantinya dengan program positif (Lanny, 2011).
Dari hasil Studi Pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti tanggal  21 mei 2011 dengan wawancara pada bidan Endang, Bojonegoro, bahwa di BPS ini sejak hampir 1 tahun yang lalu telah mengadakan kelas hypnobirthing untuk ibu hamil. Kelas hypnobirthing dilaksanakan setiap dua minggu sekali. Jumlah ibu hamil trimester I yang pernah mengikuti kelas hypnobirthing sejumlah 7 orang, sedangkan untuk ibu hamil trimester II dan III yang telah mengikuti kelas hypnobirthing sejumlah 20 orang. Dan hasil wawancara dengan door to door pada 10 ibu hamil trimester I mengatakan bahwa 3 dari ibu hamil tersebut mengalami keluhan mual muntah dan 7 yang lainnya hanya mengalami mual saja. Mereka juga mengatakan belum pernah melakukan hypnobirthing untuk mengatasi mual muntahnya itu.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat masalah “Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Kejadian Mual Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I (Studi di BPS Endang Sulistyowati, SST, Sumberarum, Bojonegoro)”.
1.2         Rumusan Masalah
“Apakah ada pengaruh hypnobirthing terhadap kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I di BPS Endang Sulistyowati, SST, Sumberarum, Bojonegoro?”.
1.3         Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis pengaruh hypnobirthing terhadap kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I di BPS Endang Sulistyowati SST, Sumberarum, Bojonegoro.
1.3.2  Tujuan khusus
1)   Mengidentifikasi kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I sebelum diberikan hypnobirthing di BPS Endang Sulistyowati, SST, Sumberarum, Bojonegoro.
2)   Mengidentifikasi kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I sesudah diberikan hypnobirthing di Endang Sulistyowati, SST, Sumberarum, Bojonegoro.
3)   Menganalisis pengaruh hypnobirthing terhadap kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I di BPS Endang Sulistyowati, SST, Sumberarum, Bojonegoro.
1.4         Manfaat
1.4.1   Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan ketrampilan dalam bidang penelitian khususnya tentang pengaruh hypnobirthing terhadap kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I.
1.4.2   Bagi Institusi
Sebagai  referensi  di perpustakaan  yang  dapat   digunakan    untuk menambah wawasan dan informasi bagi STIKES Insan Cendekia Medika, dengan judul “pengaruh hypnobirthing terhadap kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I di BPS Endang Sulistyowati SST, Sumberarum, Bojonegoro”.
1.4.2   Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan penggunaan metode hypnobirthing untuk mengurangi kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I.
1.4.3   Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat terutama tentang pengaruh hypnobirthing terhadap kejadian mual muntah pada ibu hamil    trimester I.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Konsep Dasar Hypnobirthing
2.1.1 Definisi
Hypnobirthing berasal dari kata “hypnosis” dan “birthing”. Hypnosis yang berasal dari kata hypnos (bahasa Yunani) adalah nama Dewa Tidur. Arti tidur disini adalah pikiran yang tenang. Sedangkan birthing (bahasa Inggris berarti proses persalinan (Lanny, 2011).
Hypnobirthing adalah upaya alami menanamkan niat kepikiran bawah sadar untuk menghadapi persalinan dengan tenang dan sadar (Ahmad, 2010).
Hypnobirthing merupakan suatu metode yang dikhususkan untuk wanita hamil dengan melakukan relaksasi mendalam, bertujuan untuk mempersiapkan proses kelahiran normal yang lancar,nyaman dengan rasa sakit yang minimum, karena mampu memicu hormon endorphin yang merupakan hormon penghilang sakit alami tubuh (Evarini, 2010).
Hypnobirthing berarti proses melahirkan dengan hipnosis, dimana ibu sepenuhnya sadar dan menikmati proses persalinan. Metode ini berakar pada ilmu hipnosis dengan metode pendekatan kejiwaan yang memberi kesempatan kepada wanita untuk berkonsentrasi, fokus dan rileks, sehingga hypnobirthing lebih mengacu pada hipnoterapi, yakni latihan penanaman sugesti pada alam bawah sadar oleh ibu, untuk mendukung alam sadar yang mengendalikan tindakan ibu dalam menjalani proses persalinan (Bringiwatty, 2010).
Berdasarkan kamus Encarta, hipnosis adalah suatu kondisi yang menyerupai tidur yang dapat secara sengaja dilakukan kepada orang, dimana meraka akan memberikan respon pada pertanyaan yang diajukan dan dapat sangat terbuka serta reseptif terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotis (Minarni, 2010).
2.1.2  Hypnobirthing Dasar
Dasar dari hypnobirthing adalah relaksasi. Relaksasi merupakan teknik untuk mencapai kondisi rileks. Maksudnya, ketika seluruh sistem syaraf, organ tubuh dan panca indra kita beristirahat untuk melepaskan ketegangan yang ada sedangkan kita tetap sadar (Evariny, 2010). Relaksasi terdiri dari :
1.    Relaksasi otot
Otot adalah bagian yang paling luas di tubuh manusia dan banyak digunakan untuk beraktifitas. Saat berfikir, ternyata otot juga ikut tegang yaitu di daerah leher, tengkuk, bahu kiri dan kanan serta punggung (Lanny, 2011).
2.    Relaksasi wajah
Mencapai relaksasi wajah yang dalam sangat penting karena membuat bagian tubuh lain lebih mudah mengikuti. Setelah menguasai relaksasi wajah, rahang akan benar-benar rileks dengan mulut sedikit terbuka. Sehingga akan memasuki kondisi rileks yang alami dengan cepat (Lanny, 2011).
3.    Relaksasi pernapasan
Napas yang rileks adalah napas perut yang lambat dan teratur. Perlahan-lahan hirup napas yang lewat hidung, hitung 10 kali hitungan. Selanjutnya hembuskan lewat hidung perlahan-lahan (Lanny, 2011).
Pernapasan perut atau diafragma adalah jika perut yang naik lebih tinggi saat menghirup udara, sedangkan jika perut tidak terangkat atau terangkat sedikit dibanding dada artinya itu adalah pernapasan dada (Evariny, 2010).
Ada tiga teknik pernapasan yang penting dalam hypnobirthing, yaitu yang pertama pernapasan tidur (sleep breathing). Pernapasan tidur yang perlahan dan  dalam merupakan teknik pernapasan yang lebih sering digunakan pada awal latihan relaksasi. Perlu memfokuskan perhatian untuk menguasai teknik ini secepatnya. Teknik ini juga dipakai untuk relaksasi saat menghadapi kontraksi selama persalinan (Lanny, 2011).
Yang kedua adalah pernapasan perlahan (slow breathing), merupakan bagian paling penting pada persiapan melahirkan. Teknik pernapasan ini berupa tarikan napas panjang, tenang, pelan yang langsung memfokuskan pada bayi dan membantu pada setiap kontraksi. Tujuan napas panjang yaitu membuat tarikan dan hembusan napas sepanjang mungkin agar dapat menyesuaikan dengan panjangnya gelombang kontraksi. Selain itu, pernapasan ini membuat dinding perut mengembang sebesar dan setinggi mungkin (Lanny, 2011).
Dan yang ketiga adalah teknik pernapasan lanjut (birth breathing). Setelah napas teratur dan mampu membawa diri menuju kondisi rileks dengan mudah, relaksasi dapat diperdalam menggunakan teknik ini dengan cepat (Lanny, 2011).
4.    Relaksasi visualisasi
Dengan  teknik visualisasi, berarti berlatih menggunakan imajinasi untuk mencapai kondisi rileks. Selain itu,  teknik ini juga akan melatih menciptakan suatu tempat khusus yang indah, tenang dan nyaman di dalam pikiran. Teknik ini sangat efektif dalam menanggulangi masalah stress yang mempengaruhi tubuh (Evariny, 2010).
5.    Relaksasi pikiran
Pada saat berbaring/duduk, pandang atau pusatkan perhatian pada satu titik atau benda terus-menerus hingga terasa kelopak mata semakin santai, mulai berkedip perlahan untuk kemudian biarkan kedua mata terpejam. Nikmati santainya jiwa dan raga (Lanny, 2011).
2.1.3  Tahapan Hipnosis
Pada bagian ini akan dijelaskan langkah atau bagian-bagian yang akan dilalui dalam sebuah sesi terapi hipnosis.
1.    Pre induksi
Pre induksi merupakan tahap awal sebelum proses hipnosis dilakukan. Pre induksi adalah tahap yang mengondisikan seseorang untuk mau, bersedia dan siap untuk dihipnosis (Bringiwatty, 2010).
Tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan dalam proses pre induksi antara lain :
a.    Membangun dan menjaga relasi (building report)
Tahap ini dimulai sejak pertemuan pertama kali antara terapis dan klien, baik pertemuan secara langsung atau tidak (Minarni, 2010).
Bila terapis membina hubungan baik dengan klien sehingga klien percaya dan mau menuruti permintaan terapis, maka langkah berikutnya akan menjadi mudah (Bringiwatty, 2010).
b.    Menggali dan mengumpulkan informasi (intake interview)
Pada tahap ini terapis menggali segala informasi segala keadaan klien. Dalam pengkajian awal terapis perlu tahu identitas klien. Dalam proses ini terapis juga dapat mencari tahu keluhan yang dirasakan klien dengan 4W (what, where, when, why) dan 1H (how) (Minarni, 2010).
c.    Membangun ekspektasi/harapan (build expectations)
Membangun ekspektasi maksudnya adalah suatu cara yang ditempuh terapis untuk meyakinkan klien, hal ini dapat dilakukan dengan cara menjelaskan keuntungan bagi klien setelah dihipnosis sehingga klien tertarik dan bersedia dihipnosis (Bringiwatty, 2010).
d.   Mengatasi dan menghilangkan rasa takut
Tahap ini terapis perlu memberikan pemahaman yang benar tentang terapi yang akan dilakukan. Terapis juga menjelaskan tentang prinsip kerja dan bagaiman hipnosis dapat membantu klien dalam mengatasi masalah atau keluhannya (Minarni, 2010).
2.    Uji sugestibilitas
Uji sugestibilitas bermanfaat untuk mengetahui tingkat sugestibilitas klien (rendah, sedang, tinggi). Semakin tinggi tingkat sugestibilitas seseorang maka semakin mudah orang itu dihipnotis, demikian sebaliknya.
Tipe-tipe sugestibilitas adalah sebagai berikut :
a.    Physical Sugestibilitas
Adalah kondisi dimana seorang klien lebih dominan menggunakan fisiknya dalam berinteraksi (Minarni, 2010).
b.    Emotional Sugestibilitas
Tipe emotical suggestibility adalah seorang klien yang lebih menggunakan emosinya dalam berinteraksi (Minarni, 2010).
Macam-macam uji sugestibilitas yaitu :
a.    Uji tangan dan jari (The Hand Drop Test)
The Hand Drop Test adalah tes pertama yang dapat terapis lakukan, karena tes ini membantu klien lebih rileks. Disamping itu tes ini mengajarkan klien agar menuruti perintah terapis dan tes ini sangat mudah dilakukan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi (Bringiwatty, 2010).
b.    Uji konsentrasi dengan metode (The Pendulum Swing Test)
Tes ini sangat baik bila dilakukan pada anak-anak, karena selain dapat mengetahui tingkat konsentrasi anak juga dapat digunakan sebagai sarana latihan dalam meningkatkan konsentrasi anak. Pada uji ini terapi dapat melihat langsung respon yang ditunjukkan klien apakah positif atau negatif (Minarni, 2010).
c.    Uji imajinasi dengan metode (Arm Rising and Falling Test)
Uji sugestibilitas ini paling sering dilakukan karena imajinasi (daya khayal) adalah tenaga yang sangat kuat dalam hipnosis dan hasil uji ini dapat terlihat secara langsung (Minarni, 2010).
d.   Uji genggaman tangan (The Hand Locking Test)
Uji ini sering digunakan pada hipnosis pertunjukan (hypnostage). Sebelum melakukan uji ini, mintalah klien untuk melepas cincin (jika menggunakan cincin) agar tidak mengganggu. Mulailah uji ini dengan nada suara normal, kemudian tanpa disadari klien, terapis mengubah nada suara menjadi penuh tekanan pada setiap perintah yang ditujukan pada klien (Minarni, 2010).
3.    Induksi
Induksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh terapis untuk membawa atau menuntun klien masuk dalam kondisi hipnosis atau sering juga disebut dengan kondisi trans (trance) (Minarni, 2010). 
Teknik dasar induksi antara lain :
a.    Fiksasi pada mata (Eye Fixation)
Metode ini dilakukan dengan memerintah klien untuk menatap atau terfokus pada suatu obyek tertentu. Obyek dapat berupa satu titik pandang, cahaya lilin, ujung jari dan lain-lain yang dapat digunakan untuk membuat mata atau pandangan klien terfokus dengan mudah (Minarni, 2010).
b.    Teknik relaksasi
Teknik ini dimulai dengan relaksasi dari puncak kepala sampai dengan ujung-ujung kaki atau sebaliknya yang diikuti dengan perintah untuk rileks, semakin dalam. Relaksasi ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai tubuh dan pikiran klien benar-benar santai dan rileks (Minarni, 2010).
c.    Kebingungan mental (mental confution)
Teknik ini digunakan untuk membuat kesadaran menjadi bingung sehingga lebih cocok digunakan untuk partisipan yang terlalu analitis. Dengan mengacaukan sesaat kesadarannya, ia akan lebih mudah dibuat santai dan masuk ke dalam trans (Bringiwatty, 2010).
d.    Loss equilibrium
Teknik loss of equilibrium adalah teknik yang dilakukan sambil menggerakkan sebagian atau seluruh tubuh subyek. Para ibu sering menggunakan teknik ini saat mengayun anaknya agar tidur (Bringiwatty, 2010).
e.    Kejutan pada sistem syaraf (shock to nervous system)
Caranya adalah dengan memberikan kejutan yang tidak disangka-sangka sehingga pikiran tidak sadar untuk sesaat. Dalam teknik ini ada dua pendekatan yaitu :
a.    Authoritarian (Peternal)
Tidak dianjurkan untuk dilakukan dalam proses terapi bagi orang yang memilki kelainan jantung.
Pada pendekatan ini, hipnosis secara langsung meminta atau memerintahkan klien untuk menjalankan sugesti yang diberikan (Bringiwatty, 2010).
b.    Permissive (Maternal)
Pendekatan permissive lebih bersifat ajakan dan disampaikan dengan lembut. Dalam hal ini, klien diajak atau didorong secara halus dan diarahkan dengan lembut untuk mengikuti sugesti yang diberikan oleh terapis (Bringiwatty, 2010).
4.    Deepening
Deepening adalah proses memperdalam kondisi hipnosis  (Bringiwatty, 2010).
Deepening dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain :
a.    Menghitung turun
Maksud dari teknik menghitung turun ini adalah memberikan perintah pada klien dengan hitungan mundur dari angka yang besar sampai yang lebih kecil (Minarni, 2010).
b.    Turun tangga
Teknik ini hampir sama dengan teknik menghitung turun, namun pada teknik ini klien diperintahkan untuk dapat mengimajinasikan sebuah tangga dan klien sedang berjalan menuruni tangga tersebut. Sebelum melakukan teknik ini, pastikan bahwa klien bukan orang yang takut terhadap ketinggian (Minarni, 2010).
c.    The elevator
Sebelum anda menggunakan teknik ini pastikan klien tidak takut menggunakan lift (Bringiwatty, 2010).
d.    The hallway
Merupakan teknik deepening yang mengajak klien untuk mengimajinasi dirinya berada di sebuah lorong atau koridor yang panjang, semakin jauh klien berjalan  semakin dalam klien masuk kedalam kondisi hipnosis (Minarni, 2010).
e.    Pemandangan alam
Teknik ini sangat mudah digunakan dalam memperdalam kondisi hipnosis pada klien. Perintahkan klien untuk membayangkan atau menggambarkan suatu tempat yang paling disukai, ajak klien untuk menikmati suasana yang aman nyaman dan damai ditempat tersebut, selanjutnya perintahkan klien untuk semakin rileks, semakin santai, dan semakin mengantuk (Minarni, 2010).
f.     Melewati gerbang
Gerbang yang dimaksud disini adalah pintu gerbang pikiran klien yang merupakan pembatas antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar (Minarni, 2010).
5.    Sugesti/Afirmasi
Sugesti adalah pernyataan atau gerak isyarat yang diberikan terapis kepada klien dalam proses meningkatkan sugestibilitas klien (Bringiwatty, 2010).
6.    Anchoring
Dalam dunia hipnosis “anchor” dapat diartikan sebagai penambat pikiran. Anchor merupakan hasil dari proses pemrogaman pikiran bawah sadar, setelah sugesti diberikan, anchor dipasang pada pikiran bawah sadar klien dengan tujuan pada saat diperlukan program-program yang telah ditanamkan tersebut dapat bekerja atau berjalan secara otomatis tanpa perlu adanya pemikiran atau pertimbangan lagi dari klien (Minarni, 2010).
7.    Awakening/Terminasi
Jika pemberian sugesti dan anchoring telah selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan terapis adalah membangunkan klien dari proses hipnosisnya (menyadarkan kembali). Proses pembangunan atau awakening merupakan tahap terakhir dari sesi terapi hipnosis (Minarni, 2010).

2.1.4 Manfaat Hypnobirthing
1.  Bagi Ibu
a.    Mengurangi rasa sakit dengan kadar yang sangat besar sehingga kadang tidak terasa seperti sakit melahirkan.
b.    Mengurangi kemungkinan adanya komplikasi kehamilan yang dipengaruhi faktor stress dan depresi.
c.    Proses persalinan akan berjalan nyaman, lancar, dan relatif lebih cepat.
d.   Mengurangi kemungkinan diambilnya tindakan episiotomi.
e.    Ibu akan lebih merasakan ikatan batin dan emosi terhadap janin.
f.       Ibu akan merasakan ketenangan dan kenyamanan saat proses melahirkan.
g.    Ibu akan lebih dapat mengontrol emosi dan perasaannya.
h.    Bayi yang lahir tidak akan kekurangan oksigen sehingga menjadi lebih sehat.
(Ahmad, 2010)
i.        Meminimalkan dan bahkan menghilangkan rasa takut, ketegangan dan kepanikan selama proses melahirkan dan periode setelahnya (sehingga tidak menjadi trauma).
j.        Meminimalkan dan bahkan menghilangkan keinginan untuk menggunakan obat bius dan obat penghilang rasa sakit saat bersalin.
k.    Mempercepat masa pemilihan pasca persalinan.
(Evariny, 2010)
l.        Mengurangi rasa mual, muntah dan pusing di trimester pertama (Lanny, 2011).
2.  Bagi Janin
a.    Getaran tenang dan damai juga akan dirasakan oleh janin yang merupakan dasar dari perkembangan jiwanya.
b.    Pertumbuhan janin lebih sehat karena keadaan tenang akan memberikan hormon-hormon yang seimbang ke janin melalui plasenta.
(Ahmad, 2010)
c.    Mempererat ikatan batin ibu terhadap bayi dan sang suami (Evariny, 2010).
d.   Membantu janin terlepas dari kondisi lilitan tali pusat, bahkan bisa memperbaiki janin yang letaknya sungsang menjadi normal (letak belakang kepala) (Lanny, 2011).
2.1.5 Hypnobirthing (Hypnosis) dalam Kehamilan
Latihan relaksasi hypnobirthing dapat dimulai kapan saja oleh ibu hamil. Umumnya, latihan dimulai pada bulan ketujuh masa kehamilan. Namun akan sangat baik jika latihan dimulai sejak trimester pertama kehamilan. Kendati demikaian, tidak menutup kemungkinan untuk berlatih hypnobirthing secara singkat misalnya 2 minggu sebelum tanggal perkiraan kelahiran. Hypnobirthing dapat dilakukan secara mandiri, asalkan disertai pemahaman yang benar atau dengan bimbingan seorang hipnoterapis yang terlatih (Bringiwatty, 2010).
Hipnosis diri (self hypnosis) dan penanaman sugesti adalah prinsip dasar hypnobirthing yang digunakan sebagai latihan selama masa kehamilan ibu. Hipnosis diri (self hypnosis) adalah suatu proses sederhana agar diri kita berada dalam kondisi rileks, tenang dan terfokus guna mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu. Latihan ini dapat dilakukan setiap malam menjelang tidur, disaat akan bangun tidur di pagi hari atau kapanpun yang dirasa tepat dan nyaman. Lebih baik ibu mengambil posisi berbaring menyamping ke kiri karena dengan posisi ini ia dapat memperbaiki aliran darah ke rahim atau plasenta. Posisi tersebut membuat pembuluh darah besar di sisi kanan tulang belakang tidak tertekan (Evariny, 2010).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan hypnobirthing diantaranya adalah pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berfikir lebih rasional. Sedangkan Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan (Friedman, 2005). Menurut Notoadmodjo (2003), status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
2.2     Konsep Dasar Ibu Hamil
Menurut Sarwono (2005) ibu hamil adalah seorang wanita yang memiliki tanda-tanda kehamilan (tanda fisik) yang digolongkan atas tanda kemungkinan hamil (presumtive signs), tanda tidak pasti hamil (problable signs), tanda pasti hamil (positive signs) (Minarni, 2010).
2.3     Konsep Dasar Kehamilan
2.3.1  Definisi Kehamilan
Definisi tentang kehamilan berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan kemampuan manusia. Beberapa pengertian kehamilan yang pernah dikemukakan antara lain sebagai berikut ; Manuaba (1998) mendefinisikan kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan. Sedangkan Prawirohardjo (2002) menyebutkan kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim ibu (Minarni, 2010).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi (Sarwono, 2008).
Kahamilan adalah masa dimana terdapat janin di dalam rahim seorang perempuan (Depkes RI, 2009).
Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu sebagai berikut :
a.    Trimester pertama          : 0 hingga 12 minggu.
b.    Trimester kedua             : 13 hingga 28 minggu.
c.    Trimester ketiga             : 29 hingga 37 minggu (Hani dkk, 2010).
2.3.2  Proses Kehamilan
1.  Ovum
Ovum merupakan sel terbesar pada badan manusia. Setiap bulan satu ovum atau kadang-kadang lebih menjadi matur. Saat ovulasi, ovum keluar dari folikel ovarium yang pecah. Ovum tidak dapat berjalan sendiri kadar esterogen yang tinggi meningkatkan gerakan tuba uterina, sehingga silia tuba tersebut dapat menangkap ovum dan menggerakkannya sepanjang tuba menuju rongga rahim (Kusmiyati dkk, 2009).
Ovum mempunyai waktu hidup 24-48 jam setelah dikeluarkan dari ovarium. Ovum mempunyai lapisan pelindung yaitu sel-sel granulosa (korona radiata) dan zona pellusida yang harus bisa ditembus oleh sperma untuk dapat terjadi suatu kehamilan (Hani dkk, 2010).
2.  Sperma
Sperma dikeluarkan oleh testis dan peristiwa pematangannya disebut spermatogenesis. Jumlah sperma akan berkurang, tetapi tidak akan habis seperti pada ovum dan tetap berproduksi meskipun pada lansia. Kemampuan fertilisasi selama 2-4 hari, tetapi rata-rata 3 hari. Terdapat 100 juta sperma pada setiap militer air mani yang dihasilkan rata-rata 3 cc tiap ejakulasi. Mengeluarkan enzim hialuronidase untuk melunakkan korona radiata. Sperma mempunyai morfologi yang sempurna, yaitu kepala: berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus), diliputi lagi oleh akrosom dan membran plasma. Leher: menghubungkan kepala dan ekor. Ekor: panjang ±10 kali bagian kepala dan dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat (Hani dkk, 2010).                         
3.  Fertilisasi
Fertilisasi adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antar sel mani dan sel telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba (Kusmiyati dkk, 2009).
Sebelum keduanya bertemu, maka akan terjadi tiga fase yaitu sebagai berikut :
1.    Tahap penembusan korona radiata
Dari 200-300 juta hanya 300-500 yang sampai di tuba fallopi yang menembus korona radiata.
2.    Penembusan zona pellusida
Banyak spermatozoa yang bisa menembus zona pellusida, tetapi hanya satu yang terlihat mampu menembus oosit.


3.    Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma
Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid (44 autosom dan 2 genosom) dan terbentuk jenis kelamin baru (XX untuk wanita dan XY untuk laki-laki)
(Hani dkk, 2010).
4.    Pembelahan
Zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel, 8 sel sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3hari) dan membentuk gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel-sel tersebut akan membelah membentuk buah arbei dari 16 sel disebut morula (4 hari). Saat morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga atau blastokel sehingga disebut blastokista (41/2 – 5 hari). Sel yang bagian dalam disebut embrioblas dan yang di dalam disebut trofoblas. Hingga pada hari 51/2 – 6 hari siap untuk berimplantasi (Hani dkk, 2010).
5.    Nidasi/Implantasi
Nidasi atau implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium blastokista) ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan (Hani dkk, 2010).
2.3.3  Tanda-Tanda Kehamilan
1.  Tanda tidak pasti (Presumtive Sign)
Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan ibu hamil (Hani dkk, 2010).
Tanda tidak pasti kehamilan terdiri atas :
a.    Amenorea
Amenorea adalah tidak adanya menstruasi dan biasanya terjadi sesudah pembuahan (Murkoff dkk, 2006).
b.    Mual muntah
1.    Pengertian mual muntah
     Mual muntah adalah keluhan yang sering dialami perempuan hamil (Yesie, 2011). Mual muntah biasanya sering terjadi pada usia kehamilan 5-14 minggu. Mual muntah pada kehamilan biasanya bersifat ringan dan merupakan kondisi yang dapat dikontrol sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Meskipun kondisi ini berhenti pada trimester pertama namun gejalanya dapat menimbulkan gangguan nutrisi, dehidrasi, kelemahan, penurunan berat badan, serta ketidak seimbangan elektrolit (Runiari, 2010).
2.    Penyebab mual muntah :
a.  Perubahan hormonal
Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar progesteron, esterogen dan human chorionic gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual muntah. Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat (Runiari, 2010).
b.  Kekurangan vitamin B6
Teori  metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan mual muntah pada kehamilan (Runiari, 2010).
c.    Faktor fisik
Keletihan fisik juga dapat meningkatkan resiko mual di pagi hari dan memperparah gejala. Secara fisik, tubuh yang baru pertama kali mengalami kehamilan belum siap untuk mengalami peningkatan hormon dan perubahan lain dibandingkan tubuh yang pernah hamil (Murkoff dkk, 2006).
d.   Faktor psikologis
Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala  yang sudah ada ataupun mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala yang normal (Tiran, 2008).
Telah cukup diketahui bahwa berbagai jenis stres dapat memicu kekacauan pencernaan, jadi tidak mengherankan bahwa gejala mual ini cenderung lebih parah ketika stres menyerang (Murkoff dkk, 2006).
3.    Tanda dan gejala
a.    Rasa mual selama kehamilan yang biasanya terjadi pagi hari.
b.    Rasa mual bisa terjadi ringan sampai berat.
c.    Biasanya pada minggu ke-12 sampai 14 kehamilan (Wratsongko dkk, 2006).
Kondisi yang demikian ini tidaklah sama untuk masing-masing wanita hamil. Ada yang ringan, sedang, berat, bahkan ada yang sampai muntah-muntah berat (hyperemesis gravidarum) dan perlu dirawat di rumah sakit (Trihendradi dkk, 2010).
Menurut Tiran (2008), kurang pengetahuan, informasi dan komunikasi yang buruk antara wanita dan pemberi asuhannya turut mempengaruhi persepsi wanita tentang keparahan gejala.
Beban pekerjaan dapat menyebabkan penderitaan batin dan konflik. Tiran (2008) juga mengungkapkan wanita yang bekerja sering terpapar dengan bau/aroma, zat kimia di lingkungan sekitar mereka yang dapat menambah rasa mual mereka dan menyebabkan muntah. Perjalanan ke tempat kerja membuat mereka bertemu banyak orang dan dikelilingi oleh berbagai macam bau sehingga dapat mempengaruhi keparahan mualnya.
4.    Klasifikasi
1.    Mual muntah tingkat ringan
Mual ringan (kadang disertai muntah) mengenai 45% wanita hamil dan bentuk inilah yang paling sering terjadi dan keadaan ibu baik. Rasa mual seringkali terjadi pada pagi hari ( morning sickness ) , namun sering pula keluhan dipicu oleh perjalanan atau stres emosional setiap saat. (Widjanarko, 2009). Biasanya frekuensi mual atau muntah 1-2 kali per hari. Ibu akan merasakan mual selama ≤ 1 jam. Sedangkan jumlah yang dikeluarkan dari lambung setiap muntah sedikit (kurang dari 1 cangkir) (Runiari, 2010).
2.    Mual muntah tingkat sedang
Keluhan mual muntah derajad sedang mengenai 5% wanita hamil dan 10% penderita mengeluhkan rasa mual yang mengganggu. Keluhan terjadi setiap saat dan sering kali penderita mengalami dehidrasi ringan (Widjanarko, 2009). Frekuensi mual atau muntah 3-4 kali per hari. Dan setiap mual terjadi selama 2-3 jam. Sedangkan jumlah yang dikeluarkan dari lambung setiap muntah sebanyak 1-2 cangkir (Runiari, 2010).
3.    Mual muntah tingkat berat
Mengenai 1:1000 wanita hamil dan terapi harus segera diberikan untuk menghindari kerusakan hepar. Penderita akan mengalami dehidrasi berat dan ketoasidosis (Widjanarko, 2009). Mual dan muntah terus menerus 5-6 kali setiap hari. Dan setiap mual terjadi selama 4-5 jam. Jumlah yang dikeluarkan  dari lambung setiap muntah 2-3 cangkir (Runiari, 2010).
5.    Cara mengatasi mual muntah :
a.    Memakan biskuit kering atau sepotong roti bakar sebelum bangun dari tempat tidur di pagi hari (Tiran, 2008).
b.    Diet dengan makan sedikit tapi sering.
c.    Pemberian obat atau vitamin B komplek dan B6.
d.   Melalui hipnoterapi.
(Yesie, 2010)
e.    Di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru bangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan-lahan berdiri bangun. Bila merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi cobalah minum secangkir teh (jangan terlalu kental) atau sari jaruk hangat dan snack.
f.     Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan memperburuk rasa mual.
g.    Istirahat dan rileks akan sangat membantu mengatasi rasa mual muntah (Milly, 2008).
c.    Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan (Hani dkk, 2010).
d.   Pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan pingsan. Biasanya akan hilang pada usia kehamilan setelah 16 minggu (Hani dkk, 2010).
e.    Kelelahan
Saat mulai memasuki kehamilan, calon ibu biasanya sering merasa cepat lelah dan mudah mengantuk. Penyebabnya adalah peningkatan kadar progesteron secara drastis (Milly, 2008).
f.       Payudara tegang
Akibat stimulasi prolaktin dan HPL (Hormone Plasental Lactogen), payudara mensekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih 16 minggu (Kusmiyati dkk, 2009).
g.    Sering kencing
Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing malam, disebabkan karena desakan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus ke kranial (Kusmiyati dkk, 2009).
h.    Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progeteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk buang air besar (Hani dkk, 2010).

i.      Epulis
Hipertropi papilla ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama (Hani dkk, 2010).
j.      Varises atau penampakan pembuluh darah vena
Pengaruh esterogen dan progesteron menyebabakan pelebaran pembuluh darah terutama pada wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan (Hani dkk, 2010).
2.    Tanda kemungkinan (Probability Sign)
Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil (Hani dkk, 2010).
Tanda kemungkinan ini terdiri atas :
a.    Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Pembasaran perut menjadi nyata setelah minggu ke-16, karena pada saat itu uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi organ rongga perut (Kusmiyati dkk, 2009).
b.    Tanda hegar
Tanda hegar adalah perlunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri sehingga uterus mudah difleksikan. Tanda ini mulai terlihat pada minggu ke-6 dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8 (Hani dkk, 2010).
c.    Tanda goodel
Tanda goodel adalah perlunakan servik. Pada wanita yang tidak hamil servik seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir (Hani dkk, 2010).
d.   Tanda chadwicks
Tanda chadwicks adalah perubahan warna menjadi kebiruan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga portio dan sevik (Hani dkk, 2010).

e.    Tanda piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu (Hani dkk, 2010).
f.        Kontraksi braxton hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomicyn di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan 8 minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya dan kekuatannya sampai mendekati persalinan (Hani dkk, 2010).
g.    Teraba ballotment
Ketukan yang mendadak pada uterus menyababkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada dalam pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja berupa mioma uteri (Hani dkk, 2010).
h.    Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya hCG (human Corionic Gonadotropin) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik selama kehamilan. Hormon ini disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan diekskresi pada urine ibu. Hormon ini mulai dapat dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari ke 60-70 usia kehamilan, kemudian menurun pada hari ke 100-130 (Hani dkk, 2010).
3.    Tanda pasti (Positive Sign)
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa (Hani dkk, 2010).
a.    Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu (Hani dkk, 2010).
b.    Denyut jantung janin
DJJ (Denyut Jantung Janin) dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop Laenec, denyut jantung janin dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu (Hani dkk, 2010).
c.    Bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester akhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG (Hani dkk, 2010).
d.   Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG (Hani dkk, 2010).
2.3.4  Perubahan Fisiologis Ibu Hamil
1.  Vagina dan vulva
Akibat pengaruh hormon esterogen, vagina dan vulva mengalami perubahan pula. Sampai minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah agak kebiruan, warna portiopun tampak lividae (Kusmiyati dkk, 2009).
2.  Servik uteri
Akibat kadar esterogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi serta meningkatnya suplai darah maka konsistensi servik menjadi lunak (Kusmiyati dkk, 2009).
3.  Uterus
Uterus akan membesar. Selain bertambah besar, uterys juga mengalami perubahan berat, bentuk dan posisi. Dinding-dinding otot menjadi kuat dan elastis. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa (Kusmiyati dkk, 2009).
4.    Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatum, kemudian akan mengecil setelah terbentuk plasenta (Kusmiyati dkk, 2009).
5.    Payudara/mamae
Mamae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin, esterogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI (Kusmiyati, 2009).
6.    Sistem endokrin
Berikut perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan  :
a.    Esterogen
Produksi esterogan terus meningkat selama kehamilan dan pada akhir kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.
b.    Progesteron
Produksi progesteron bahkan lebih banyak dibanding esterogen. Progesteron menyebabkan tonus otot polos menurun.
c.    Human Corionic Gonadotropin (hCG)
Hormon ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah pembuahan dan merupakan dasar tes kehamilan. Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah konsepsi. Fungsi utamanya adalah mempertahankan korpus luteum.
d.   Human Placental Lactogen (HPL)
Hormon ini produksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai 2 gram/hari. Efeknya mirip dengan hormon pertumbuhan. Ia juga bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin pada wanita hamil meningkat.
e.    Prolaktin
Produksinya terus meningkat sebagai akibat kenaikan sekresi esterogen. (Kusmiyati dkk, 2009).
7.    Sistem kekebalan
Peningkatan pH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita tersebut lebih rentan terhadap infeksi vagina (Kusmiyati dkk, 2009).
8.    Traktus urinarius/perkemihan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering timbul kencing. Keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus (glomerular filtrasion rate) dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya 1-1,5 cm, volume meningkat 60 ml dari 10 ml pada wanita yang tidak hamil. Filtrasi glomerulus meningkat sekitar 50% selama kehamilan (Kusmiyati dkk, 2009).
9.    Traktus digestivus/pencernaan
Perubahan rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan posisi lambung dan aliran balik asam lambung ke esofagus bagian bawah. Produksi asam lambung menurun. Sering terjadi mual dan muntah karena pengaruh hCG (human Corionic Gonadotropin). Tonus otot-otot traktus digestivus menurun sehingga gerakan seluruh seluruh traktus digestivus juga berkurang (Kusmiyati dkk, 2009). Peristaltik yang kurang baik dapat meninbulkan konstipasi atau obstipasi (Simkin, 2010).
10.  Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume plasma maternal mulai meningkat pada saat 10 minggu usia kehamilan dan terus meningkat sampai 30-34 minggu (Kusmiyati dkk, 2009).
11.  Muskuloskeletal
Pada trimester pertama tidak banyak terjadi perubahan pada muskuloskeletal. Akibat peningkatan kadar hormon esterogen dan progesteron, terjadi relaksasi pada jaringan ikat, kartilago dan ligamen juga meningkatkan jumlah cairan sinovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas persendian (Kusmiyati dkk, 2009).
12.  Integumen/kulit
Perubahan yang umum terjadi adalah peningkatan ketebalan kulit dan lemak subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan aktivitas vasomotor (Kusmiyati dkk, 2009). Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol keluar dan timbul strie gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra (Simkin, 2010).
13.  Metabolisme
Pada wanita hamil Bassal Metabolic Rate (BMR) meninggi. Bassal Metabolic Rate meningkat hingga 15-20% yang umumnya terjadi pada trimester terakhir (Kusmiyati dkk, 2009).
14.  Sistem pernafasan
Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen dan suatu cara untuk membuang karbondioksida. Peningkatan kadar esterogen menyebabkan ligamentum pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Wanita hamil bernafas lebih dalam tetapi frekuensi napasnya hanya sedikit meningkat (Kusmiyati dkk, 2009).
2.3.5  Perubahan Psikologis Ibu Hamil
1.  Trimester Pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormon esterogen dan progesteron dalam tubuh, maka akan muncul berbagi macam ketidaknyamanan secara fisiologis sehingga akan memicu perubahan psikologis seperti berikut ini :
1.    Ibu untuk membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan.
2.    Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali memberi tahukan orang lain apa yang dirahasiakannya.
3.    Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita hamil yang merasakan kebutuhan untuk dicintai dan mencinta, tetapi bukan dengan seks. Sedangkan, libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan dan kekhawatiran. Sedangkan bagi suami sering kali membatasi hubungan suami istri karena takut mencederai istri dan calon bayinya. Hal ini perlu komunikasi lebih lanjut jika dihadapakan dengan istri yang mempunyai libido yang tinggi atau meningkat (Hani dkk, 2010).
2.  Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Ibu juga sudah menerima kehamilannya. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya dan ibu mulai merasakn kehadiran bayinya sebagai seseorang dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman  seperti yang dirasakan pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido (Hani dkk, 2010).
3.  Trimester Ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Kadang-kadang ibu merasakan khawatir kepada bayinya kalau bayi yang dilahirkannya tidak normal. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan (Hani dkk, 2010).
2.3.4  Kunjungan Antenatal
Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan-kunjungan antenatal ini, maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3 trimester, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III (Hani dkk, 2010).


BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1     Kerangaka konseptual
Kerangka konseptual merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Alimul, 2010).
Alur kerangka konseptual : faktor-faktor penyebab mual muntah yang terdiri dari perubahan hormonal, kekurangan vitamin B6, faktor fisik dan faktor psikologis tidak diteliti. Sedangkan yang diteliti adalah hypnobirthing dengan tahapan yang terdiri dari pre induksi, uji sugestibilitas, induksi, deepening, afirmasi, anchoring dan awakening yang akan mempengaruhi kondisi psikologis ibu hamil. Sehingga akan diketahui hypnobirthing dapat mempengaruhi mual muntah atau tidak.
3.2     Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian. Hipotesis juga merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapakan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Alimul, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah H1 : ada pengaruh antara hypnobirthing dan mual muntah pada ibu hamil trimester I.

BAB IV METODE PENELITIAN
4.1     Waktu dan Tempat Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam proses penelitian (Alimul, 2010). Pada bab ini akan diuraikan tentang Waktu dan Tempat Penelitian, Desain Penelitian, Kerangka Kerja, Populasi, Sampel dan Sampling, Identifikasi dan Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisa Data, Etika penelitian, Keterbatasan.
4.1.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan yang dimulai dari perencanaan (penyusunan proposal) sampai dengan penyusunan laporan akhir sejak bulan Februari sampai bulan Agustus 2011. Adapun pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2011.
4.1.2 Tempat Penelitian
Sedangkan lokasi penelitian ini dilakukan di BPS Endang Sulistyowati SST, Sumberarum, Bojonegoro. Alasan mengambil tempat di BPS Endang Sulistyowati, SST, Sumberarum, Bojonegoro karena di Bojonegoro hanya BPS ini yang mengadakan hypnobirthing .
4.2     Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti, berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan. Desain sangat erat dengan kerangka konsep sebagai petunjuk perencanaan pelaksanaan suatu penelitian (Nursalam, 2008).
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah metode analitik. Dengan menggunakan desain studi one group pra-post test design (Rancangan Pra-Post Test Dalam Satu Kelompok), yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah dilakukan intervensi (Nursalam, 2008).
4.3       Kerangka Kerja (Frame Work)

32
 
   Kerangka kerja adalah bagan kerja rancangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan yang meliputi populasi, sampel, teknik sampling penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data (Alimul, 2007). Dalam penelitian ini kerangka kerjanya tertera pada gambar 4.1.






Penyusunan proposal
 



 



Populasi
 
                                                                       

Semua ibu hamil trimester I di BPS Endang Sulistyowati, SST, Sumberarum, Bojonegoro yang mengalami mual muntah dan mengikuti kelas hypnobirthing sejumlah 10 orang


 



Total Sampling


 


Analitik One Group Pra-Post Test Design



Pengumpulan data
 
 
                                                                                   
Checklist dan kuisioner



Pengolahan dan Analisa Data
 
 


Editing, Coding, Scoring, Tabulating, uji Wilcoxon



Penyusunan laporan akhir
 
 
                                                                                                   
Gambar 4.1 Frame Work Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Kejadian Mual Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I
4.4     Populasi, Sampel, Sampling
4.4.1  Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester I di BPS Endang Sulistyowati, SST, Sumberarum, Bojonegoro yang mengalami mual muntah dan mengikuti kelas hypnobirthing sejumlah 10 orang.
4.4.2  Sampling
Sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Alimul, 2010). Dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Total sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara semua anggota populasi dijadikan responden dalam semua penelitian (Sugiyono, 2008).
4.5     Identifikasi dan Definisi Operasional
4.5.1  Variabel
1.    Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan (Alimul, 2010). Variabel independen dalam penelitian ini adalah hypnobirthing.
2.    Variabel Dependen (Variabel Tergantung)
 Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Alimul, 2010). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kejadian mual muntah.
4.5.2  Definisi  Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Alimul, 2010). Adapun definisi operasional variabel penelitian tertera pada   tabel 4.1
Tabel 4.1 Definisi Operasional variabel tentang pengaruh hypnobirthing terhadap   kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I
No
Variabel
Definisi operasional
Parameter
Alat ukur
Skala ukur
Kategori
1




Independen hypnobirthing
Upaya alami menanamkan niat kepikiran bawah sadar untuk menghadapi persalinan dengan tenang dan sadar.
1.Induksi
2.Deepening
3.Sugesti
4.Anchoring
5.Awakening
C
H
E
C
K
L
I
S
T

N
O
M
I
N
A
L

1.     Belum, sebelum mendapatkan hypnobirthing sesuai tahapan.
2.     Sudah, sesudah mendapatkan hypnobirthing sesuai tahapan.
2
Dependen
Mual muntah
Keluhan yang sering dialami wanita hamil, biasanya sering terjadi pada usia kehamilan 5-12 minggu.
1.Frekuensi mual muntah
2.Lamanya mual
3.Banyaknya muntahan
4. Kondisi fisik
5.Waktu mual muntah
K
U
I
S
I
O
N
E
R
O
R
D
I
N
A
L
1.     Tidak terjadi mual  muntah.
2.     Mual muntah ringan : mual dan muntah 1-2 kali/hari, setiap mual terjadi selama ≤ 1 jam,  muntah sebanyak ≤ 1 cangkir setiap muntah, kondisi fisik baik.
3.     Mual muntah tingkat sedang : mual dan muntah 3 kali/hari, setiap mual selama 2-3 jam, muntah sebanyak 2-3 cangkir/muntah, kondisi fisik agak lemah.
4.     Mual muntah tingkat berat : mual dan muntah 5-6 kali/hari, setiap mual selama 3-4 jam, muntah sebanyak 4-5 cangkir kondisi fisik lemah.
(Runiari, 2010)
4.6     Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data
4.6.1  Instrumen Penelitian
Instrumen penalitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan untuk variabel hypnobirthing adalah cheklist, yaitu daftar yang berisi pernyataan atau pertanyaan yang akan diamati dan peneliti memberikan tanda (√) sesuai hasil yang diamati (Alimul, 2007). Sedangkan untuk variabel kejadian mual muntah menggunakan kuisioner. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup. Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2006).
4.6.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan suatu proses pengumpulan karaktristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008).
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari dosen pembimbing dan ijin penelitian dari lembaga pendidikan (STIKes ICMe) serta institusi terkait. Selanjutnya memberikan surat persetujuan dari tempat penelitian dan responden dan seterusnya sampai dengan pemberian kuisioner untuk dijawab pertanyaannya oleh responden.
4.7     Pengolahan dan Analisa Data
4.7.1   Pengolahan Data
1.    Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan (Alimul, 2010).
2.    Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Alimul, 2010).
Dalam penelitian ini coding yang digunakan adalah :
1.    Pendidikan
S0 = tidak tamat SD
S1 = SD
S2 = SMP
S3 = SMU
S4 = Perguruan Tinggi
2.    Pekerjaan
P1 = IRT
P2 = petani
P3 = swasta
P4 = PNS
3.    Variabel hypnobirthing
1 = belum, artinya sebelum diberi hypnobirthing sesuai tahapan
2 = sudah, artinya sesudah diberi hypnobirthing sesuai tahapan
4.    Variabel kejadian mual muntah
1 = jika tidak terjadi mual muntah
2 = jika terjadi mual muntah ringan
3 = jika terjadi mual muntah sedang
4 = jika terjadi mual muntah berat
3.    Scoring
Scoring adalah jumlah skor dalam penelitian (Nasir, 2005).
Jika jawaban kuisioner untuk mual muntah a skornya 3, jawaban b skornya 2, jawaban c skornya 1 dan jika responden menjawab d skornya 0.
4.    Tabulating
Tabulating adalah cara penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (Nasir, 2005).
4.7.2 Analisa Data
Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiono, 2007). Teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah analisa data bivariat, yaitu analisa data yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
1.    Mual muntah pada ibu hamil

F
 
Untuk variabel mual muntah dianalisis dengan menggunakan rumus: 

n
 
P =       × 100%
Keterangan:
P = Prosentase
F = jumlah skor jawaban dari responden
n = Jumlah skor maksimal
Setelah diketahui hasil prosentase dari perhitungan  kemudian ditafsirkan dengan kriteria sebagai berikut:
Mual muntah ringan      : 1 - 45%
Mual muntah sedang     : 46 - 75%
Mual muntah berat        : 76 - 100%
2.    Pengaruh hypnobirthing terhadap kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I
Untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing terhadap kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I dianalisis dengan mengunakan uji Wilcoxon. Uji statistik Wilcoxon yaitu untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak (Sugiono, 2007). Taraf signifikasi yang digunakan adalah α = 0,05 dengan bantuan perangkat SPSS. Kriteria dalam pengambilan keputusan hasil uji statistik ini antara lain :
1.    Bila α < 0,05 maka ada pengaruh hypnobirthing terhadap kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I.
2.    Bila α > 0,05 maka tidak ada pengaruh hypnobirthing terhadap kejadian mual muntah pada ibu hamil trimester I.
4.8     Etika Penelitian
Dalam penelitian ini mengajukan permohonan kepada bidan Endang Sulistyowati, SST, Sumberarum, Bojonegoro untuk mendapat persetujuan, setelah mendapatkan persetujuan, kemudian mengadakan penelitian dengan memberikan kuisioner pada responden yang akan diteliti di BPS tersebut dengan beberapa masalah etika sebagai berikut :
4.8.1  Informed consent (Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Informed consent diberikan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden (Alimul, 2010).
4.8.2  Anonimity (Tanpa nama)
Tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Alimul, 2010).
4.8.3  Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan m asalah etika yang memberikan jaminan  kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yamg telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Alimul, 2010).
4.9     Keterbatasan
1.  Instrumen penelitian untuk kuisioner dirancang oleh peneliti sendiri, dimana validitas dan reliabilitas belum di uji cobakan sehingga ketepatan dan pertanggung jawaban masih diragukan.
2.  Tanggal, sampel, waktu dan dana penelitian terbatas sehingga kemungkinan penelitian ini kurang sempurna.
3.  Terbatasnya kemampuan peneliti untuk menjabarkan permasalahan sehingga kedalaman isi penelitian kurang sempurna.
4.            Peneliti masih pertama kali melakukan penelitian sehingga belum bisa mengaplikasikan teori secara menyeluruh dan hasil yang didapatkan masih dalam sebatas kemampuan peneliti.